Indonesia termasuk negara sedang berkembang,
dimana pada negara sedang berkembang memiliki suatu keharusan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakatnya dan melaksanakan pembangunan dalam
mencapai kemakmuran.Keharusan hal tersebut merupakan tuntutan dalam negara
sedang berkembang. Maka, hal tersebut menjadi tolak ukur negara sedang
berkembang untuk bisa lebih maju. Dapat di asumsikan bahwa apabila taraf hidup
masyarakat meningkat dan pelaksanaan pembangunan lancar maka dikatakan negara
itu maju. Sebaliknya, apabila taraf hidup masyarakat rendah dan pelaksanaan
pembangunan terkendala dikatakan negara itu sedang berkembang. Dari asumsi
tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi memperlancar pembangunan ekonomi,
hal ini berkaitan dengan asumsi diatas. Karena keharusan tersebut, diperlukan
perencanaan-perencanaan untuk kedepannya agar pembangunan dan pertumbuhan
seimbang dan tercapai.Dan disini sangat diperlukan peranan pemerintah untuk
membuat perencanaan pembangunan.
Dalam
upaya mencapai kemakmuran dan melaksanankan pembangunan dalam suatu negara
diperlukan beberapa usaha yaitu usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan
memperhitungkan penduduk.Pendapatan perkapita disini yaitu adalah besarnya
pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara yang diperoleh dari hasil
pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara
tersebut.Biasanya, pendapatan perkapita sering disebut dengan produk domestik
bruto (PDB) perkapita. Pendapatan perkapita sering digunakan untuk mengukur
kemakmuran sebuah negara.Semakin besar pendapatan perkapita, negara tersebut
dapat dikatakan makmur.Sebaliknya, semakin kecil pendapatan perkapita disuatu
negara maka dapat dikatakan negara itu tidak makmur. Namun, dalam upaya
meningkatkan pendapatan perkapita negara berkembang terutama Indonesia selalu
berhadapan dengan persoalan kebutuhan akan pembiayaan. Maka
alternatif lain yang dilakukan pemerintah untuk bisa menutupi
kekurangan-kekurangan dalam hal pembiayaan yaitu dengan mencari bantuan sumber
dana dan
hal ini tidak terlepas dari hibah dan pinjaman utang luar negeri. Faktanya Indonesia
belum bisa lepas dari jerat utang. Data terbaru Bank Indonesia (BI)
menunjukkan, pertumbuhan utang luar negeri Indonesia pada Juli 2013 mencapai
7,3 persen Pertumbuhan utang luar negeri ini sedikit mengalami perlambatan
dibandingkan pertumbuhan pada Juni 2013 sebesar 8 persen Data yang dilansir BI
menunjukkan posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2013 tercatat
sebesar USD 259,54 miliar atau setara Rp 2.983 triliun. Utang luar negeri
Indonesia banyak didominasi utang jangka panjang yaitu sebanyak 82,3 persen.
Sedangkan sisanya merupakan utang jangka pendek.
Dampak
Hutang Luar Negeri Indonesia
Dampak positif
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu
pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan
belanja negara, yang diakibatkan oleh pembiayaan pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan adanya utang luar negeri
membantu pembangunan negara Indonesia, dengan menggunakan tambahan dana dari
negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Dampak Negatif
Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan
berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat
menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh(Inflasi). Utang luar negeri dapat
memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan
beserta dengan bunganya. Negara akan dicap sebagai negara miskin dan tukang
utang, karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian negara sendiri, (hingga
membutuhkan campur tangan dari pihak lain).
Selain itu, hutang luar negeri
bisa memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Membantu dan mempermudah negara
untuk melakukan kegiatan ekonomi.
2. Sebagai penurunan biaya bunga APBN
3. Sebagai sumber investasi swasta
4. Sebagai pembiayaan Foreign Direct
Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal
5. Berguna untuk menunjang pembangunan
nasional yang dimiliki oleh suatu negara
Hutang luar negeri
tersebut tentunya berkaitan dengan anggaran pemerintah. Apabila anggaran
pemerintah salah sasaran dalam mengeluarkan pembiayaan rutin dan pembiayaan
pembangunan maka uang yang telah dikeluarkan tersebut menjadi sia- sia bahkan
yang terjadi adalah terhambatnya pembangunan akibat sasaran atau alokasi dana
yang salah serta menyebakan keuangan negara terbuang sia-sia
tanpa ada yang mau bertanggung jawab, lalu proyek-proyek lainnya yang banyak
terabaikan ataupun tidak terurus menyebabkan anggaran terus berkurang begitu
saja. Anggaran yang defisi akan membuat pemerintah kekurangan dana untuk
menutupi anggaran sehingga mengakibatkan pemerintah meminjam dana utang dari
luar negeri dan utang Indonesiapun semakin meningkat dan menumpuk dan lama
kelamaan Indonesia dapat dikuasai oleh negara lain karena hutang yang menumpuk
dan bisa menjadi negara yang termiskin akibat adanya utang tersebut dan
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat menjadi menurun.
Selain
hutang luar negeri yang menghambat pembangunan ekonomi di Indonesia yaitu
faktor nasib pembangunan yaitu pengangguran dan pengerjaan proyek-proyek
pembangunan yang berkaitan dengan kehidupan massal masyarakat . Pengangguran
salah satu faktor yang menghambat pembangunan di Indonesia akibat tidak
tersedianya lapangan pekerjaan dan kurangnya lapangan pekerjaan di daerah-daerah.
Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah serta tidak meratanya pendapatan
mengakibatkan pola pikir masyarakat daerah bahwa jika ingin kaya harus bekerja
di kota-kota besar. Akibat pola pikir masyarakat tersebut yang pergi ke kota
ada yang mendapatkan pekerjaan dan ada yang tidak mendapat pekerjaan, bagi yang
tidak mendapatkan pekerjaan akan mengakibatkan masalah-masalah baru yang
terjadi di kota tersebut sehingga pengangguranpun semakin banyak, pengemis
semakin marak dan kejahatan terjadi. Namun bagi yang mendapatkan pekerjaan di
kota kota besar tersebut tentunya akan menaikkan pajak penghasilan bagi kota
dan negara. Akan tetapi hal tersebut tidaklah sehat karena kesenjangan akan
meningkat antara orang orang di kota dan di daerah. Seharusnya pemerintah membuat
, membuka, dan menyediakan lapangan pekerja di daerah-daerah agar lapangan
pekerjaan di Indonesia dapat merata dan distribusi pendapatan pun merata serta
pajak penghasilanpun dapat merata. Bagi pihak swasta pun yang berpusat di kota
juga membuka lapangan pekerjaan di daerah-daerah agar kesenjangan antara kota
dan daerah berkurang dan distribusi pendapatan dan pajak penghasilan merata di
berbagai daerah.
Oleh karena itu, jika ingin bangkit dari
ketergantungan dari negara asing dan pembangunan pun meningkat maka harus ada
perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, yaitu :
Pertama,
Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan ekonomi pedesaan
dan pemberian modal usaha kecil seluasnya. Dengan peningkatan daya beli
masyarakat ini membuat barang-barang hasil buatan dalam negeri terjual habis
tentu akan memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi yang
terjual dan laku terbeli itu yaitu produk hasil ekonomi pedesaaan dan usaha
kecil, tentu akan membuat perkembangan yang signifikan bagi kemajuan usaha
pedesaan dan usaha kecil sehingga mampu bersaing perusahaan besar milik swasta.
Keuntungan lain dari peningkatan daya beli masyarakat yaitu perputaran uang
akan lebih banyak terdapat di dalam negeri sehingga uang ini akan menambah
pendapatan negara dengan pajak.
Kedua, meningkatkan pajak secara
progresif terhadap barang mewah dan impor. Realitas yang ada saat ini
pemerintah mengambil pajak barang mewah
Ketiga, Konsep pembangunan yang
berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada satu titik maksimalisasi kekuatan
ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap ketergantungan utang luar negeri.
Telah di jelaskan pada awal prinsip pembangunan yang diusung Orde Baru yakni
mengutang untuk pembangungan, sekarang saatnya membangun Indonesia dari
keringat peluh yang dihasilkan diri sendiri Indonesia walaupun harus bertahap
sesuai dengan pendapatan yang diraih. Jangan asal cepat-cepat membangun negeri
sehingga kita selalu bertumpu pada utang / Investasi luar negeri tapi membangun
negeri perlu proses sehingga dibutuhkan sikap sabar yang tinggi pemerintah
untuk membangun negeri. Masyarakat sebagai rakyat harus mendukung setiap
tindakan pemerintah yang benar.
Keempat, menggalakan kebanggaan akan
produksi dalam negeri, meningkatkan kemauan dan kemampuan ekspor produk
unggulan dan membina jiwa kewirausahaan masyarakat. Hal yang memprihatinkan
dengan televisi atau surat kabar di negeri ini yakni banyaknya iklan swasta
produk luar negeri berkembang di dalam negeri, sadar atau tidak iklan-iklan ini
mempengaruhi pergaulan masyarakat di negeri ini, Para remaja lebih suka makanan
produk luar negeri daripada produk-produk dalam negeri seperti kacang rebus,
ketela godok. Sehingga hasil jual lebih banyak keluar daripada ke dalam
negeri.Padahal dari segi kandungan zat makanan tradisional inilah lebih banyak
di banding produk luar negeri. Negeri ini kaya akan Sumber daya alam unggulan
sehingga bila kita manfaatkan secara maksimal maka akan memberikan devisa
negara, akhir-akhir ini negeri kita mampu dengan “swasembada pangan” mengapa
kita tidak swasembada kehutanan, pertambangan atau seterusnya. Permasalahan
yang ada adalah terkendala dana dan teknologi peraalatan, sebenarnya ini dapat
disiasati dengan memanfaatkan dana terbatas dan peralatan kurang itu untuk
mendukung produksi hasil pada potensi yang sangat besar.
Kelima, mengembangkan sumber daya
manusia berkualitas dan menempatkan kesejateraan yang berkeadilan dan merata
sebagai landasan penyusunan operasionalisasi pembangunan ekonomi. Pepatah ada
yang bilang “ orang yang bodoh dekat dengan kemiskinan” ini tentu sesuai dengan
realitas yang ada di Indonesia, banyak anak kecil di kolong-kolong jembatan dan
Perhentian lampu merah tidak bersekolah malah mencari nafkah membantu orang
tua-nya. Ditambah lagi dengan harga pendidikan Indonesia yang mahal tentu akan
menambah daftar panjang orang-orang bodoh baru yang akan bernasib sama. Padahal
negara kita akan menghadapi perdagangan bebas sungguh sangat ironi bila negara
kita hanya bergantung dengan bangsa lain. Bila kita cermati dengan tingkat
pendidikan tinggi rata-rata penduduknya akan memberikan penghasilan yang besar
bagi penduduk akan memperkuat ekonomi nasional melalui pengurangan tenaga kerja
luar negeri. Bila kesejateraan penduduk besar tentu akan memberikan pajak
sangat besar sehingga negeri ini memperoleh pendapatan yang besar.
Keenam, perbaikan rencana anggaran
negara yang salah dalam pembiayaan pembangunan negara.
Dari solusi Ekonomi nasionalis populis
tersebut akan berhasil bila ada sinergi antara legislatif, eksekutif dan
yudikatif. Tidak lupa hal terpenting yakni adanya kemauan rakyat untuk berubah
dan bergerak bersama untuk menghasilkan negara Indonesia yang mandiri dan
bertekad bangkit serta mengakhiri utang luar negeri.